Tano Batak adalah nama yang diberikan pada daerah-daerah di Bona Pasogit yang berarti sebagai Tanah Leluhur atau tanah yang menjadi asal muasal suku Batak ataupun tempat tinggal Suku Batak.
Senin, 07 Mei 2012
Sabtu, 05 Mei 2012
Batak Taditional Dance "Tortor Si Pitu Sawan"
Tortor Sipitu Sawan atau Tortor Pangurason menceritakan Yang Maha Kuasa atau Mula Jadi Nabolon pertama kali menurunkan orang Batak di Pusuk Buhit dan kembali menurunkan 7 (tujuh) orang bidadari ke alam semesta yaitu di Pusuk Buhit sambil menari dengan membawa 7 (tujuh) cawan yang berisi air dari 7 (tujuh) sumber mata air yang diperas dengan jeruk purut yang bertujuan membersihkan jiwa dan raga manusia yang sudah kotor dari perbuatan-perbuatan dosa.
Sabtu, 07 April 2012
Kamis, 05 April 2012
A Video About Lake Toba Festival
Pesta Danau Toba adalah event rutin yang dilaksanakan setiap tahunnya. Pesta Danau Toba merupakan event internasional yang diharapkan dapat lebih mengembangkan sektor pariwisata di Sumatera Utara khususnya di lingkungan Danau Toba.
Lake Toba Festival is a regular event held every year. Lake Toba Festival is an international event that is expected to further develop the tourism sector in North Sumatera, especially in the neighborhood of Lake Toba.
Asal Mula – Tungkot Tunggal Panaluan
Inilah kisah singkat tentang asal mula Tungkot Tunggal Panaluan. Zaman dahulu di huta Sidogordogor Pangururan tinggallah keluarga yang sudah lama tidak mempunyai keturunan 7 tahun lamanya, Guru Hatahutan dan istrinya Nasindak Panaluan. Akhirnya keluarga inipun dikaruniai keturunan setelah selama 7 tahun penantian berdoa kepada Ompu Mula Jadi Na Bolon. Setalah 13 bulan lamanya mengandung lahirlah anak dari mereka Linduak (=kembar) laki-laki dan perempuan.
Kemudian diadakanlah pesta Martutu Aek (memberi nama) kepada kedua anak itu yang saat itu upacara atau pesta ini dipimpin oleh Agama Parbaringin. Setelah diadakan ritual untuk dalam acara Martutu Aek tersebut, dinamailah anak laki-laki Aji Donda Hatautan dan anak perempuan itu Siboru Tapi Nauasan. Penatua Huta atau tokoh masyarakat menganjurkan kedua anak tersebut agar dipisahkan agar dikemudian hari tidak terjadi hal yang tidak diinginkan.
Hari, minggu dan tahunpun berlalu anak itupun tumbuh dewasa. Tanpa disadari oleh kedua orangtuanya kedua anak itupun timbul rasa saling mencintai dan sangat akrab sekali dan selalu bersama-sama kemanapun mereka pergi. Suatu ketika mereka pergi ke hutan untuk mencari kayu bakar bersama seekor anjing. Dikesunyian ditengah hutan tersebut tumbuhlah rasa cinta yang semakin bergejolak diantara mereka yang akhirnyapun mereka melakukan hubungan seksual. Setelah itu Siboru Tapi Nausan melihat bauh dari pohon Si Tua Manggule dan meminta saudara kembarnya Si Aji Donda Hatautan agar mereka makan. Si Aji Donda Hatautan memanjat pohon itu dan memakan buahnya, tiba-tiba saat itupun melekat pada pohon itu dan tidak bisa bergerak kemudian Siboru Tapi Nausanpun ikut memanjat pohon tersebut dan memkan buahnya akhirnya keduapun lengket dipohon tersebut. Merekapun berusaha untuk melepaskan diri dari pohon tersebut namun sia-sia. Anjing yang ikut bersama merekapun pulang ke huta untuk memberitahukan kejadian tersebut.
Akhirnya datanglah orangtuanya bersama dengan Datu (orang sakti) untuk melepaskan mereka dari pohon tersebut. Guru Guta Balian bersama empat orang Datu yang lain merusaha untuk meleaskan anak kembar itu dari pohon itu, namun usaha merekapun sia-sia. Merekapun ikut melekat pada pohon Piupiu Tunggale tersebut dan meninggal pada pohon itu. Atas kejadian tersebut diukirlah patung tongkat untuk mengenang kejadian ini, inilah urutan yang melekat pada pohon tersebut pada ukiran Tongkat Tunggal Panaluan itu, Si Aji Donda Hatautan, Siboru Tapi Nauasan, Datu Pulu Panjang Na Uli, Si Parjambulan Namelbuselbus, Guru Mangantar Porang, Si Sanggar Meoleol, Si Upar Manggalele, Barit Songkar Pangururan.
Mitos ini adalah sebagai bentuk pengajaran turun temurun buat suku Batak khususnya agar menghargai Tona/ saran orangtua. Menurut terjadinya tunggal Panaluan merupakan hukuman dari Dewa-dewi, karena kedua anak kembar tersebut melakukan hubungan badan yang tidak sepantasnya. Kedua anak tersebut melekat pada pohon yang sedang berbuah menandakan bahwa Siboru Tapi Nauasan telah mengandung dari kakaknya Si Aji Donda Hatautan.
(sumber: VCD Asal Mula Tungkot Tunggal Panaluan – oleh: Prof. M. Sorimangaraja Sitanggang sebagai penulis naskah & sutradara)
Kamis, 29 Maret 2012
Software Penerjemah Tulisan Kedalam Aksara Batak
Mungkin saat ini banyak generasi muda pada orang Batak yang tidak paham tentang aksara Batak.
Maka dari itu, pada posting kali ini, saya ingin berbagi sebuah software penerjemah aksara Batak.
Semoga ini bermanfaat..
Mauliate..
Download DisonSemoga ini bermanfaat..
Mauliate..
Kamis, 22 Maret 2012
Hidup Bermula di Sianjur Mula-Mula
Orang Batak sebut Sang Maha Kuasa itu Mulajadi na Bolon, Dia yang Maha Awal dan tiada akhirnya, Maha Besar.
Kehidupan, awalnya hanya di dunia atas. Begitulah kepercayaan sebagian masyarakat Batak. Di sana, tinggal Ompu Debata Mulajadi na Bolon, beserta tiga dewa lain ciptaannya, yaitu Batara Guru, Soripada, dan Mangalabulan bersama keturunan mereka.
Hingga tiba saatnya anak perempuan Batara Guru, Deakparujar, berumah tangga. Dia ditunangkan dengan Raja Odapodap, putra dari Mangalabulan.
Namun, Deakparujar tidak menyukai tunangannya yang buruk rupa. Dia mengulur waktu dengan berjanji menikah setelah selesai menenun tujuh gumpalan benang kapas. Debata Mulajadi yang mengetahui siasat Deakparujar melempar benang itu sehingga jatuh dari kayangan. Ingin menyelamatkan tenunannya, Deakparujar meniti benang itu sehingga terayun-ayun di antara lautan tak berbatas dan dunia kayangan.
Deakparujar yang enggan kembali ke kayangan lalu meminta Mulajadi memberikannya tanah sebagai tempat berpijak. Permintaan itu dikabulkan. Dengan segenggam tanah tersebut, Deakparujar membentuk daratan di tengah-tengah lautan. Makin lama, bumi ciptaannya pun membesar.
Debata lalu mengirim Naga Padoha untuk membawa Deakparujar ke dunia atas. Utusan Debata itu mencabik-cabik bumi ciptaan Deakparujar. Namun, Deakparujar berhasil mengalahkan Naga Padoha. Bongkahan tanah yang tercabik-cabik Naga Padoha menjelma menjadi pulau-pulau.
Deakparujar memutuskan tinggal di bumi ciptaannya itu. Sebagai hadiah, sang ayah, Batara Guru, mengirimkan sebuah kotak yang begitu dibuka, keluarlah berbagai makhluk dan tanaman memenuhi bumi baru. Deakparujar menyebut kampung barunya itu Sianjur Mulamula.
Tidak disangka-sangka, Debata mengirim Raja Odapodap ke dunia baru itu. Akhirnya, Deakparujar pasrah menerima takdirnya dan menikah dengan Raja Odopodap. Dari perkawinan itu lahir anak kembar laki dan perempuan yang dinamai Sibursok dan Sitatap sebagai manusia mula-mula. Dari anak kembar itu diturunkan raja-raja Batak, Raja Uti, Simarimbulubosi, Raja Sisingamangaraja, dan Raja Nasiakbagi yang menjadi perpanjangan tangan Debata di dunia.
Konon, Deakparujar mengundang penghuni kayangan ke Sianjur Mulamula untuk menghadiri upacara pemberian nama anak-anak mereka. Para penghuni dunia atas itu datang melalui puncak Pusuk Buhit menuju ke Sianjur Mulamula di lereng gunung itu.
|*jahya`sidauruk*|
Kehidupan, awalnya hanya di dunia atas. Begitulah kepercayaan sebagian masyarakat Batak. Di sana, tinggal Ompu Debata Mulajadi na Bolon, beserta tiga dewa lain ciptaannya, yaitu Batara Guru, Soripada, dan Mangalabulan bersama keturunan mereka.
Hingga tiba saatnya anak perempuan Batara Guru, Deakparujar, berumah tangga. Dia ditunangkan dengan Raja Odapodap, putra dari Mangalabulan.
Namun, Deakparujar tidak menyukai tunangannya yang buruk rupa. Dia mengulur waktu dengan berjanji menikah setelah selesai menenun tujuh gumpalan benang kapas. Debata Mulajadi yang mengetahui siasat Deakparujar melempar benang itu sehingga jatuh dari kayangan. Ingin menyelamatkan tenunannya, Deakparujar meniti benang itu sehingga terayun-ayun di antara lautan tak berbatas dan dunia kayangan.
Deakparujar yang enggan kembali ke kayangan lalu meminta Mulajadi memberikannya tanah sebagai tempat berpijak. Permintaan itu dikabulkan. Dengan segenggam tanah tersebut, Deakparujar membentuk daratan di tengah-tengah lautan. Makin lama, bumi ciptaannya pun membesar.
Debata lalu mengirim Naga Padoha untuk membawa Deakparujar ke dunia atas. Utusan Debata itu mencabik-cabik bumi ciptaan Deakparujar. Namun, Deakparujar berhasil mengalahkan Naga Padoha. Bongkahan tanah yang tercabik-cabik Naga Padoha menjelma menjadi pulau-pulau.
Deakparujar memutuskan tinggal di bumi ciptaannya itu. Sebagai hadiah, sang ayah, Batara Guru, mengirimkan sebuah kotak yang begitu dibuka, keluarlah berbagai makhluk dan tanaman memenuhi bumi baru. Deakparujar menyebut kampung barunya itu Sianjur Mulamula.
Tidak disangka-sangka, Debata mengirim Raja Odapodap ke dunia baru itu. Akhirnya, Deakparujar pasrah menerima takdirnya dan menikah dengan Raja Odopodap. Dari perkawinan itu lahir anak kembar laki dan perempuan yang dinamai Sibursok dan Sitatap sebagai manusia mula-mula. Dari anak kembar itu diturunkan raja-raja Batak, Raja Uti, Simarimbulubosi, Raja Sisingamangaraja, dan Raja Nasiakbagi yang menjadi perpanjangan tangan Debata di dunia.
Konon, Deakparujar mengundang penghuni kayangan ke Sianjur Mulamula untuk menghadiri upacara pemberian nama anak-anak mereka. Para penghuni dunia atas itu datang melalui puncak Pusuk Buhit menuju ke Sianjur Mulamula di lereng gunung itu.
|*jahya`sidauruk*|

Rabu, 21 Maret 2012
Filsafat Mangulosi dan Jenis-Jenis Ulos
Filsafat Mangulosi dan Jenis-Jenis Ulos
Mangulosi adalah salah satu hal yang teramat penting dalam adat Batak. Kenapa begitu dan darimana semua ini bermula ?Beginilah filsafatnya, Dulu para nenek moyang kita selalu berusaha untuk menghangatkan tubuhnya dengan berbagai cara untuk kesehatan dan kenyamanan. Masalahnya, para leluhur kita hidupnya bukanlah di kota-kota besar, tetapi di pegunungan yang jauh di atas permukaan laut ( sea level ). Jadi jangan tersinggung kalau salah satu sebutan untuk bangso kita adalah ‘ Orang Gunung ‘.
Di daerah tadi, tentu saja suhunya sangat dingin dan leluhur kita selalu mencari akal untuk menciptakan rasa hangat yang ideal. Satu contohnya bisa kita lihat dari umpasa ini :
‘Sinuan bulu mambahen las ,
Sinuan partuturan sibahen horas’
Itulah sebabnya di kampung kita banyak sekali terdapat tanaman bambu = bulu. Selain dimaksudkan untuk menangkal musuh dan ancaman hewan buas, bambu tadi ternyata sengaja dibuat untuk menciptakan rasa hangat melingkupi rumah sekelilingnya. Logis kan…? Simpelnya begini, kawanan bambu yang saling mengait akan menghambat hembusan angin.
Leluhur kita menyebutkan bahwa ada 3 unsur kehidupan ; darah, nafas, dan rasa hangat. Hangat dalam bahasa kita adalah ‘ las ‘. Kita tentu paham ucapan semacam ‘ las roha ‘..adalah ungkapan yang menggambarkan rasa sukacita yang dalam. Dari sini, kita makin paham, kehangatan adalah hal yang teramat di inginkan bangso kita.
Dulu, leluhur mengandalkan sinar matahari dan perapian sebagai pencipta rasa hangat. Tapi setelah dipikir-pikir…matahari itu datang dan pergi tanpa bisa dikontrol, lagipula datangnya siang hari. Sementara malam hari dinginnya minta ampun. Api tidak praktis digunakan waktu tidur karena resikonya besar.
Akhirnya ditemukanlah Ulos. Jangan heran kalau ulos yang kita kenal sekarang dulunya dipakai tidur lho. Tapi jangan salah juga, dulu..kualitasnya jauh lebih tinggi, tebal, lembut, dan motifnya sangat artistik.
Sejak saat itu, ulos makin digemari karena praktis. Kemana saja mereka melangkah, selalu ada ulos yang siap membalut tubuhnya dalam kehangatan. Ulospun jadi kebutuhan yang vital, karena sekaligus juga dijadikan bahan pakaian yang indah = uli. Kalau ada pertemuan kepala-kepala kampung, seluruh peserta melilitkan ulos di tubuhnya.
Sedemikian pentingnya ulos ini untuk kehidupan sehari-hari, sehingga para leluhur kita selalu memilih ulos sebagai hadiah atau pemberian untuk orang-orang yang mereka sayangi.
Nyatalah sekarang umpasa yang mengatakan :
‘ Si dua uli songon na mangan poga,
malum sahit bosur butuha ‘
Akhirnya, ulos pun masuk dalam adat yang sakral dan dibuat aturannya. Kita harus paham aturan-aturan yang dimaksud :
- Ulos hanya diberikan kepada pihak kerabat yang tingkat partuturannya lebih rendah. Misal: dari hulahula untuk parboruan; dari orangtua untuk anak-anaknya; dari haha untuk angginya. Jadi kita tak akan pernah menemukan orang Batak yang mangulosi orang tuanya sendiri atau ada seorang adik yang tanpa perasaan bersalah mangulosi abangnya. Tak ada itu.
- Karena ulos telah dibuat menjadi beberapa macam, sudah barang tentu tidaklah sembarangan memberi ulos (mangulosi) kepada orang-orang. Misalnya Ragidup sebagai ulos panggomgom untuk ina ni hela, Sibolang atau Ragihotang sebagai ulos pansamot untuk ama ni hela.
Cara pemakaian ulos ada 3 :
1. Siabithononton ( dipakai ) : Ragidup, Sibolang, Runjat, Djobit, Simarindjamisi, Ragi Pangko.
2. Sihadanghononton ( dililit di kepala atau bisa juga ditengteng ) : Sirara, Sumbat, Bolean, Mangiring, Surisuri, Sadum.
3. Sitalitalihononton ( dililit di pinggang ) : Tumtuman, Mangiring, Padangrusa.
Jaman sekarang, terutama Batak yang sudah tinggal di kota, ulos mutlak digunakan sebagai pendukung ritual adat saja, karena ulos = blanket yang macam-macam sudah bisa kita dapatkan dengan mudah dan sekarang kebanyakan dari kita pasti berpikiran kalau memakai ulos akan kelihatan seperti orang bodoh. Apa boleh buat, itu tergantung dari selera, pergaulan, dan sejauh mana kita mencintai ulos. Tapi terus terang saya tidak bisa memastikan itu salah, benar, atau tidak salah dan tidak benar.
Sekedar informasi saja, di Surabaya sini banyak sekali orang Madura yang bangga menggunakan pakaian khas daerahnya di depan public, dan jangan bilang kalau mereka itu kampungan ! Kita harus berterima kasih kepada Martha Ulos atau Eva Gracia Ulos yang mau melestarikan seni maha kaya ini.
Berikut adalah jenis-jenis ulos yang biasa digunakan dalam acara adat sekarang ini. Jadi kalau ada jenis ulos yang anda ketahui, tapi tidak tercantum disini, anda boleh menambahi berdasarkan fakta dan persetujuan kita semua. Kita memang kehilangan lecture asli mengenai ragam ulos. Tanpa ada kesan menghakimi, saya menduga, orang Belanda telah mencurinya ( Probably

Ada 12 jenis berdasarkan motif dan fungsinya dalam ritual adat :
MANGIRING
Sering diberikan sebagai ulos parompa = gendongan anak, juga dihadiahkan kepada dua kekasih ataupun pasangan muda, dengan harapan, anak yang akan memakai parompa ini akan terus dalam iringan oangtuanya.
Kepada pasangan pengantin, ulos ini diberikan sembari mengucapkan sebait umpasa :
‘ Giringgiring gostagosta,
sai tibu ma hamu mangiringiring huhut mangompaompa ‘
Cara memakainya : sitalihononton atau sinampesampehon = dijadikan selendang.
MANGIRING PINARSUNGSANG
Ulos ini diberikan kalau ada acara adat yang masisuharan/marsungsang = kacau. Misalkan, ada pihak yang semula adalah hulahula kita, tapi kemudian menjadi pihak boru karena alasan pernikahan. Ulos inilah yang patut diberikan kepada pengantin sembari berucap :
‘ Rundut biur ni eme mambahen tu porngisna,
masijaitan andor ni gadong mambahen tu ramosna ‘
artinya, biarlah partuturon jadi sedikit kacau kalau itu demi kebaikan. Lihatlah, betapa mulia adat kita Batak. Seharusnya kita bangga.
Cara memakainya : sitalihononton atau sinampesampehon.
BINTANG MAROTUR/MARATUR
Beginilah leluhur kita menyebut ulos ini : On ma ulos ni Siboru Habonaran, Siboru Deak Parujar, mula ni panggantion dohot parsorhaon, pargantang pamonori, na so boi lobi na so boi hurang. Artinya adalah kebijaksanaan.
Sekedar info, Deak Parujar adalah tokoh Batak paling bijaksana dan ini akan saya rampungkan dalam kisah tarombo.
Ulos ini juga disebut sebagai siatur maranak, siatur marboru, siatur hagabeon, siatur hamoraon.
Cara memakainya : sitalihononton atau sinampesampehon.
GODANG
Disebut juga Sadum atau Sadum Angkola. Indah nian ulos ini, dan harganya pun cukup indah. Walaupun derajat ulos ini masih di bawah Ragidup, kalau masalah harga ulos ini jangan diadu.
Ulos godang kita berikan kepada anak kesayangan kita, yang membawa sukacita dalam keluarga. Inilah yang diharapkan dengan adanya pemberian ulos ini, supaya kelak si anak makin membawa hal-hal kebajikan yang godang = banyak, mencapai apa yng dicita-citakannya dan mendapat berkat yang godang pula dari Debata = Tuhan.
Cara memakainya : dibuat baju, sinampesampehon
RAGIHOTANG
Ulos inilah yang umumnya lebih banyak diuloshon = diberikan saat ini. Kelihatan sangat anggun saat ulos ini diuloshon = dipakaikan = disandangkan, terlebih kalau jenisnya dari motif yang paling bagus. Ragihotang terbaik disebut ‘ Potir si na gok ‘.
Ada beberapa umpasa yang bisa digunakan ketika manguloshon yang satu ini, yakni :
‘ Hotang do ragian, hadanghadangan pansalongan
sihahaan gabe sianggian, molo hurang sinaloan ‘
‘ Hotang binebebebe, hotang pinulospulos
unang iba mandele, ai godang do tudostudos ‘
‘ Tumbur ni pangkat tu tumbur ni hotang
tu si hamu mangalangka sai di si ma hamu dapotan ‘
‘ Hotang hotari, hotang pulogos
gogo ma hamu mansari asa dao pogos ‘
‘ Hotang do bahen hirang, laho mandurung porapora
sai dao ma nian hamu na sirang, alai lam balga ma holong ni roha ‘
‘ Hotang diparapara, ijuk di parlabian
sai dao ma na sa mara, jala sai ro ma parsaulian ‘
Cara memakainya : dibuat baju, sinampesampehon
SITOLUNTUHO/SITOLUTUHO
Ada keistimewaan dari ulos ini, terlihat jelas dalam motif gorganya terdapat tolu = tiga tuho = bidang arsiran. Tak salah lagi ini pasti menggambarkan Dalihan Na Tolu ( baca souvenir sebelumnya ‘ Paratur ni Parhundulon ‘ ). Jadi jelaslah tujuan ulos ini diberikan. Setelah wejangan Dalihan Na Tolu diberikan, kita jangan lupa manghatahon = mengucapkan ‘ sitolu saihot ‘, yakni :
1. Pasupasu asa sai masihaholongan jala rap saur matua :
‘ Sidangka ni arirang na so tupa sirang,
di ginjang ia arirang, di toru ia panggongonan.
badan mu na ma na so ra sirang, tondi mu sai masigomgoman ‘
2. Pasupasu hagabeon :
‘ Bintang na rumiris ombun na sumorop
anak pe di hamu riris, boru pe antong torop ‘
3. Pasupasu pansamotan :
‘ Bona ni aek puli, di dolok Sitapongan,
sai ro ma tu hamu angka na uli, songon i nang pansamotan ‘
Cara memakainya : sinampesampehon.
BOLEAN
Ulos ini diberikan kepada anak yang kehilangan orangtua nya. Bolean = membelaibelai, dimaksudkan untuk mangapuli = membelai hati si anak agar selalu tabah.
Cara memakainya : sinampesampehon.
SIBOLANG
Disebut juga sibulang dan diberikan kepada orang sibulang = orang yang dihormati karena jasanya. Misalkan ulubalang yang mengalahkan musuh, atau yang bisa membinasakan binatang pemangsa yang mengganggu.
Jaman sekarang, ulos ini diberikan kepada amang ni hela dan ulos ini disebut sebagai ulos pansamot na sumintahon supaya amang ni hela tadi bisa menjadi tempat bersandar dan berlindung, na gogo mansamot jala parpomparan sibulangbulangan :
‘ Marasar sihosari di tombak ni panggulangan
sai halak na gogoma hamu mansari jala parpomparan sibulangbulangan ‘
Ulos sibolang juga sering dipakai untuk menghadiri upacara kematian. Sekaligus ulos ini dililitkan di kepala dari namabalu = isteri/suami yang ditinggalkan.
Cara memakainya : dibuat baju, sinampesampehon
RAGIDUP
Betapa sulit dan lelahnya membuat ulos ini, karena motifnya sungguh rumit. Dan memang inilah ulos paling tinggi derajatnya dalam adat kita Batak. Kalau kita cermati rupa gorga dalam ulos ini, seolah-olah semuanya hidup dan bernyawa. Itu sebabnya dinamakan Ragidup ( aragi = hidup ). Inilah ulos simbol kehidupan. Umumnya orang Batak ingin hidup dalam waktu yang lama dan jarang/tidak pernah ada orang Batak yang saya dengar bunuh diri. Orang Batak tak takut hidup dalam kemiskinan yang mendera untuk terus berjuang demi hidup. Kita adalah survivors. itu sebabnya ada umpasa seperti berikut :
‘ Agia pe lapalapa asal di toru ni sobuan
agia pe malapalap asal ma di hangoluan,
ai sai na boi do partalaga gabe parjujuon ‘
Bagian-bagian dari ulos ragidup, namanya dan artinya :
- Ada dua sisi tepi sebagai batas, yang menjelaskan kalau semua yang ada di dunia ini ada batasnya.
- Dua sisi tadi mengapit tiga bagian dan disebut ‘ badan ‘. Bagian paling ujung dimana bentuknya kelihatan sama disebut ‘ ingananni pinarhalak ‘. Ingananni pinarhalak terbagi dua lagi , yakni ingananni pinarhalak baoa dan ingananni pinarhalak boruboru.
bagian ‘ badan ‘ tadi warnanya merah kehitaman dan ditingkahi garis-garis putih yang disebut ‘ honda ‘. Ingananni pinarhalak tadi adalah simbol hagabeon, maranak dan marboru. Masih terdapat tiga simbol lagi di sana, yakni :
1. Antinganting, adalah simbol hamoraon, karena antinganting biasanya terbuat dari emas.
2. Sigumang = beruang, yakni simbol kemakmuran. Beruang adalah binatang yang bekerja tepat dan dfisien, tidak banyak aksi.
3. Batu ni ansimun, melambangkan hahipason ( ansimun sipalambok, taoar sipangalumi ).
Di celah ketiga simbol ini, ada lagi macam bunga yang disebut ‘ipon’, dan di celah iponipon tadi ada yang disebut dengan ‘rasianna’.
Cara mangarasi = memeriksa Ragidup yang baik :
1. Ulos itu kelihatan jernih
2. Tenunannya rapi dan ukurannya benar ( Martha Ulos mungkin tahu, atau Belanda ? )
3. Honda harus berjumlah ganjil.
4. Jumlah ipon harus benar.
Cara memakainya : dibuat baju, sinampesampehon.
RAGIDUP SILINGGOM
Perbedaan ulos ini dengan Ragidup biasa adalah bagian ‘ badan ‘. Ulos ini punya badan yang kelihatan lebih linggom = gelap. Ulos inilah yang paling tepat diberikan kepada anak yang punya pangkat dan punya kuasa, dengan maksud, kita bisa marlinggom = berlindung di bawah kebijaksanaannya. Ini bisa juga kita berikan kepada petinggi yang mendatangi kampung kita.
Ragidup Silinggom tidak diperjual belikan. Tapi entahlah ada pihak tertentu yang melakukannya. Sebenarnya, ulos jenis ini hanya akan ditenun bila ada pemesannya.
Cara memakainya : sinampesampehon.
PINUSSAAN
Masih termasuk Ragidup. Cara memakainya pun sama.
SURISURI/TOGUTOGU/LOBULOBU
Ini ulos yang eksentrik. Rambu-rambunya tidak dipotong hingga kedua ujungnya bersatu sebagaimana layaknya kain sarung. Dan hanya wanita lah yang memakai ulos ini. Dimaksudkan, agar mereka kelihatan sopan karena ini pakaian rumahan. Jenis ini juga paling banyak dijadikan parompa.
Dinamakan lobulobu supaya segala kebaikan marlobu = masuk ke rumah orang yang memakainya.
Apabila ada boruboru yang menggendong ibotonya = adik laki-laki yang kecil, dia akan bersenandung :
‘ Ulos lobulobu marrambu ho ditongatonga
tibu ma ho ito dolidoli, jala mambahen si las ni roha ‘
Apabila dia menggendong adik perempuannya, dia akan bersenandung :
‘ Ulos lobulobu marrambu ho ditongatonga
sinok ma modom ho anggi, suman tu boru ni namora ‘
(Disadur dari Djambar Hata – oleh Ompu ni Marhulalan)
Horas!!!
sumber-sumber:
kaskus.us
sirajasonang.wordpress.com
Selasa, 20 Maret 2012
Silsilah Marga Sidauruk (repost sian Sdr.Maruhum Sidauruk)
Silsilah Sidauruk
Parjolo, marsantabi hami tu angka "Sahala ni Oppunta na parjolo", molo
tung dia adong na sala sian sarito na ni guratton nami on, unang gabe
marpangabahan nasodenggan, alai gabe manghorhon na denggan jala
habasaran mai tu angka keturunan ni da oppung. Ia namasihol do hami
umboto boris-boris ni angka siminitmu. Horas ma.
Tu hita pomparan sidauruk ...nanihormatan:
untuk saling mengisi dan menambah pengetahuan ta mengenai silsilah ta,
dison hucoba do manggurathon sarito na ni angka natua-tua ta secara
turun temurun. (Ingat: molo naeng botoon ise angka oppung niba, maka
sumber utama sisunghunon ima among niba, laos songoni do i secara terus
menerus. On do mambaen hita umboto ise do hita.) Molo tung dia adong
diantara ni pembaca, pemerhati na umboto angka sarito taringot topik
onni asa boi ma hita sharing atau berbagi dan berdiskusi, tak perlu
ngotot dan tak perlu tegang, bukan kataku yang harus benar dan kamu
salah atau sebaliknya. Kita cari silsilahta asa lam sada do rohanta
dibagas holong.
Manurut saritona : sada sian keturunan dari Sitanggang Silo yaitu dari
Op. Pangadatan sai holan na marparippik (mencari ikan) do lomo nirohana
manang karejona. Ibana mangalului dekke mulai sian tao ni Buhit
(Panguruan) sahat mai tu tao ni Simanindo, dibereng ibana uli do inangan
i, laos gabe tinggalma ibana di inganan i, ima nasaonari hita tanda
dohot sebutan Simanindo.
Sian Op. Pangadatan on ma ninna Oppu ta Situngko Nabolon, jala Oppu
Situngko Nabolon anakna 3 (tolu), ima : Sidauruk, Turnip, Sitio.
Angka natua-tua na parjolo baik sian Sidauruk, Turnip, nang Sitio sai
olo do mambaen pangidoan dohot parsombaan tu Ompunta Situngko Na Bolon.
On patuduhon pengakuan terhadap adanya keterkaitan na tolu marga on.
Parhutaanna pe secara geografis tarida do i mulai sian dolok tu toruan
ima sian Lumban Dolok nadiingani ni Sidauruk, tu Lumban Turnip
nadiingani ni Turnip, dohot tu Lumban Sitio na diingani ni Turnip. Holan
on ndang jelas (manang ndang adong dope referensi na meyakinkan) apakah
na tolu marga on satu ibu. Alana pola do rupani di keturunanna adong
sanga parbolatan mengenai ise siangkangan, jala ise sianggian molo nunga
jumpang diparadaton. Manurut sarito na nisaritohon ni angka natua-tua,
ala sai patungtang do nasida mengenai i, ujungna dibahen angka natua-tua
raja adatma parrapoton jala dibaen ma PANGINTEAN marhite sipanganon
dekke (ihan) na ditanom diindahan jala masing-masing manggomak indahan i
dohot dekke i. Ima na gabe padamehon nasida, nagabe partuturon,
panjouon di nasida sesuai dohot isi (bagian) na dapor nasida.
Na dapotan ulu (kepala) ima Sidauruk jala on ma nagabe uluan diantara
nasida (siabangan), na dapotan bagian butuha manang badan ima Turni
nagabe sipaitonga, jala Sitio dapotan ihur ima nagabe siampudan.
Manurut hatorangan manang sarito ni angka natua-tua, anggo oppunta na
parjolo agak hurang do dijumlah ni keturunan na, sai godangan si
sada-sada do ninna anakhon na.
0. Op. Sidauruk/br. Sihaloho :
1. Op. Jabonar/br. Sinaga
2. Op. Janatikkos/br. Sihaloho
3. Op. Mularaja/br. Sihaloho
4. Op. Bona Oloan/br Purba
5. Op. Pintu Batu/br.
Sihaloho :
6.1. Op. Pilian Ni
Aji/br. Purba
6.2. Op. Jaimbo/br.
Silalahi, Manik,...??
Untuk turunan selanjutnya Khusus sian Op. Pilian Ni Aji menyusul akan
dilengkapi. sedangkan untuk Op. Jaimbo diharaphonsian keturunanna asa
ditelusuri molo boi di add tu dokumen on ate asa boi hita saling
berbagi.
Horas ma dihita,
18 Oktober 2010
Revisi kembali tgl. 10 Januari 2011
Aston Sidauruk
Lihat Selengkapnya
sekitar 2 minggu yang lalu · Lihat dokumen · SukaTidak Suka · Komentari ·
Berhenti LanggananBerlangganan
*
*
*
o
Maruhum Sidauruk Ada lagi info sedikit dari teman Sri
Sidauruk... mohon yg muda muda mempelajari dan menelusurinya dan
memberikan masukan dan meralat yg perlu dll... untuk nantinya bisa kita
cetak. ok
Jumat pukul 22:22 · SukaTidak Suka
o
Maruhum Sidauruk
Awalnya sidauruk yg dtg ke kenegrian simanindo ada 2,(lupa
nama op itu).bilang saja Op.A s abangan n Op B s adkan.Op A ini dulunya
marsopo2 balian (diasingkan ke ladang) krn punya penyakit.tinggallah
istri Op s A d rumahnya.d tempat terpsah... tinggal jg adiknya Op s B.
Pada saat diasingkan,istri op ini mardongandongan (punya hbngn special)
dgn Op B.lahirlah borunya.op A heran n curiga bhwa ini bkn anaknya.
Setelah sembuh dr sakitnya kembalilah Op A ke rumah. Suatu saat,diajlah
adinya berburu ikan k tengah hutan. Ikan hasil buruannya ditusukkan dgn
lidi yg berasal dr pohon tuak(enau). Sampai d rumahnya dikasih ikannya
ke istrinya. pada saat mlm hari,mereka makan ke rumah Op B. betapa
herannya Op A n bertanya,knapa lah ikan hsil tangpanku ada sama
adikku???berarti ada yg aneh ini,pikir Op A.hal ini tau dr bekas tusukan
lidi td. Berencanalah Op A membunuh adiknya.dimasaklah ikan n diberi
racun.Op A berpesan spy borunya jgn makan ikan itu,dia berharap adknya
yg makan krn pastilah dikasih istrinya kpd adiknya. Krn aroma ikan ini
amat menggiurkan,maka boru ini memakan ikan itu kemudian meninggal. bgtu
tau bhwa ikan itu ditujukan utknya,larilah Op B ke perkebunan daerah
lwt siantar n menikah dgn boru Jawa.lahirlah bagi mereka anak yg diberi
nama Tuanku Seh.
D smanindo,op A dihadapkan kpd hukuman mati krn utk itu
butuh proses lama.mdngr kabar itu,kmbalilah Op B ke simanindo tnpa
membawa boru jawa n anaknya. Akhirnya hbgn abang adik kmbali utuh.,OP B
menikah n lahirlah anaknya yaitu sidauruk yg ada d rautbosi,sinuan dr
isti 1 n dr istri ke 2 sidauruk yg dari hutaginjang, par situnjang.
Menyadari bhwa dirinya mandul Op A membiarkan istrnya bergaul dgn
adiknya n lahirlah sidauruk yg dr simanindo. Makanya sidauruk yg dr
simanindo sebenarnya s adek an.tp krn menghargai op td maka dipanggillah
abang. Op B kemudian merantau ke daerah siantar,sidamanik n beberapa
tempat lain sehingga muncullah sidauruk di daerah itu.
D rautbosi sndri ada 5 keturunan yg disebut Op.Simataniari
si abangan n 4 orang adiknya (q krg tau). keturunan op s mataniari
biasanya Cuma punya 1 anak krn seringan mati muda. menurut
mitosnya,marga sidauruk ini pingin disingkirkan dgn cara2 yg dulu.sampai
suatu saat punya 2 anak yaitu Op …… n Op.Pande. silsilah Op Pande
---> Ap.Pande (Op.Haposan) ---> Ap.Pita (Pande/Op Jahya-Ria)
----> Ap.Ria ---> Ria,Jahya dll.
Maaf y bila ada kata salah n partuturannya ada yg salah.
Karena Opung2 kita yg di atas biasanya punya anak hanya 1 -2
orang,makanya sidauruk itu ga punya nomor.ditambah lg krn op kita banyak
mati muda,jd silsilah blm diajarkan kpda anak2nya. harap maklum ya.
hehehehehhe
Jd,SIDAURUK DARIMANAKAH ANDA??????
Senang bgt bisa kenalan ma ito n kakak/adik marga
sidauruk.pingin bgt tau keturunan sidauruk yg laen terutama dr Lbn
Sidauruk.
Senin, 19 Maret 2012
Gorga Batak
Gorga Batak, Warisan Seni dan Daya Tarik Wisata
Pariwisata saat ini menjadi andalan pemerintah sebagai sumber penerimaan devisa negara terbesar. Ini disebabkan oleh pengelolaan pariwisata yang hanya mengeksploitasi keindahan alam suatu daerah atau keanekaragaman budaya pada daerah tersebut tanpa harus mengambil/mengurangi sesuatu dari alam. Memperhatikan hal tersebut, perlu dilakukan pemanfaatan dan pengembangan potensi pariwisata di masing-masing daerah untuk meningkatkan daya tarik terhadap wisatawan, baik asing maupun domestik.Seperti dijelaskan di atas, selain daripada keindahan alam, keanekaragaman budaya merupakan potensi yang tidak bisa dilupakan untuk dijadikan daya tarik wisata. Apalagi bila dikaitkan dengan keanekaragaman budaya yang terdapat di negeri Indonesia yang kita cintai ini, sungguh merupakan suatu anugerah yang harus senantiasa disyukuri. Namun, tidak cukup hanya bersyukur dalam perkataan, dibutuhkan aksi untuk mengembangkan potensi ini.
Sumatera Utara sebagai salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di bagian barat ini memiliki potensi pariwisata yang besar dalam mendukung peningkatan penerimaan devisa negara. Provinsi yang terdiri dari 25 Kabupaten dan 8 Kota ini memiliki keindahan alam dan budaya yang beranekaragam. Keindahan Danau Toba yang terdapat di provinsi ini dilengkapi dengan keanekaragaman budaya di sekitarnya menjadi daya tarik tersendiri terhadap pariwisata Sumatera Utara. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengembangan untuk meningkatkan daya tarik tersebut. Danau Toba yang hingga sekarang masih menyimpan banyak kekayaan alam dan budaya akan senantiasa menjadi daerah tujuan wisata idaman para wisatawan. Mengingat hal itu, perlu dilakukan pengembangan terutama dari potensi kebudayaan yang diharapkan meningkatkan jumlah kunjungan wisata ke Danau Toba.
Bila berbicara mengenai kekayaan budaya di daerah sekitar Danau Toba belakangan ini, harus disadari bahwa pluralisme sudah menjadi pemandangan yang tidak asing lagi. Asimilasi budaya tidak menjadi tabu bagi masyarakat yang hidup di sekitar kawasan wisata ini. Hal ini tentunya menjadi nilai yang positif untuk memperkaya kebudayaan dan juga merangsang kesadaran masyarakat akan derasnya arus globalisasi yang tidak bisa dibendung. Percampuran kebudayaan tersebut terproyeksikan dalam seni musik, tari, arsitektur, pakaian adat dan sebagainya.
Namun, harus disadari juga bahwa nilai-nilai luhur suatu kebudayaan tetap harus dilestarikan. Seluruh komponen masyarakat maupun pemerintah harus menyadari bahwa ada ciri khas tertentu dari kebudayaan masyarakat terutama masyarakat asli di daerah sekitar Danau Toba. Tidak boleh dipungkiri bahwa kebudayaan asli adalah ciri tersendiri yang tidak bisa hilang dari masyarakat tersebut. Melihat keadaan tersebut, harus diupayakan untuk tetap melestarikan kebudayaan asli sehingga nantinya dapat menjadi daya tarik bagi wisatawan.
Etnis Batak dianggap menjadi etnis asli yang telah lama hidup di daerah sekitar Danau Toba. Etnis ini telah tersebar ke beberapa penjuru daerah Sumatera Utara yang kemudian terbagi menjadi beberapa sub-etnis diantaranya adalah Toba, Pakpak, Simalungun, Karo, Mandailing, dan Angkola. Asal mula etnis ini berasal dari mitos Si Raja Batak yang lahir melalui Siboru Deak Parujar di Sianjur Mula-mula, di daerah Pangururan (ibukota Kabupaten Samosir). Si Raja Batak mempunyai dua orang anak, yaitu Lontung dan Isumbaon (Sumba) yang merupakan moyang dari dua kelompok marga terbesar dalam silsilah Batak. Sianjur Mula-Mula inilah dianggap sebagai awal persebaran bangsa Batak, sering disebut Bona Pasogit.
Dari sepintas sejarah mengenai etnis Batak di atas, tidak bisa disangkal lagi bahwa keberadaan tersebut merupakan warisan leluhur yang harus dilestarikan. Yang harus diperhatikan juga adalah kebudayaan yang diwariskan hingga saat ini. Warisan ini tercermin dalam bahasa, adat-istiadat, kesenian, dan sebagainya. Semuanya itu dapat menjadi daya tarik wisata yang mengundang wisatawan berkunjung ke Danau Toba. Pelestarian budaya ini menjadi tanggung jawab semua masyarakat, namun porsinya tidak seragam. Hal ini juga harus mendapat dukungan dari pemerintah yang merupakan roda penggerak dalam mengembangkan kepariwisataan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Dalam melakukan pelestarian budaya tersebut, perlu dilakukan pemusatan ataupun konsentrasi terhadap potensi yang akan dikembangkan. Mengingat luasnya unsur-unsur kebudayaan tersebut, dapat dilakukan prioritas pengembangan. Dalam hal ini, penulis tertarik untuk mengajak banyak pihak untuk mengembangkan gorga Batak sebagai salah satu unsur budaya yang merupakan seni rupa orang Batak pada masa lampau terutama dalam ukir-ukiran dan menghias eksterior rumah (jabu, ruma bolon).
Gorga Batak adalah kesenian ukir ataupun pahat yang biasanya terdapat pada bagian luar (eksterior) rumah adat Batak dan alat kesenian (gendang, serunai, kecapi). Gorga dapat disebut sebagai corak atau motif yang tidak hanya dipahat/diukir tapi juga dilukis. Gorga ini pada umumnya terdiri dari tiga warna, yaitu merah, hitam dan putih. Gorga diklasifikasikan dalam berbagai jenis yang berkaitan dengan bentuk dan maknanya. Jenis-jenis gorga*) tersebut adalah :
1. Gorga Sitompi
Sitompi berasal dari kata “tompi” yang merupakan sejenis alat untuk mengikatkan leher kerbau pada bajak ketika membajak sawah. Alat ini terbuat dari rotan yang dianyam, sehingga dilihat dari gerakan anyaman tersebut menjadi landasan dibuat gorga sitompi ini. Gorga ini bermakna sebagai lambang ikatan kebudayaan.
2. Gorga Ipon-Ipon
Gorga Ipon-ipon ini merupakan hiasan tepi yang menambah indah dan kuatnya komposisi gorga. Gorga ini biasanya berbentuk geometris dengan salah satu bentuknya adalah setengah lingkaran yang berlapis menyerupai embun sehingga disebut “ombun marhehe”. Ombun marhehe ini dianggap sebagai lambang kemajuan.
3. Gorga Desa Naualu (Delapan Penjuru Mata Angin)
Gorga ini menggambarkan arah mata angin yang ditambah hiasan-hiasannya. Mata angin ini digunakan sebagai simbol yang dikaitkan dengan aktivitas-aktivitas ritual, musim bertani, musim menangkap ikan dan sebagainya. Gorga ini biasanya diletakkan di sudut kiri dan kanan rumah.
4. Gorga Simataniari (Matahari)
Gorga Simataniari ini berbentuk bintang delapan yang mirip dengan Gorga Desa Naualu. Mataniari (matahari) dianggap sebagai sumber kekuatan hidup dan penentu jalan kehidupan dunia. Gorga Simataniari ini juga sering disebut “purba manusia”.
5. Gorga Simarogung-ogung
Ogung berarti gong yang merupakan salah satu alat musik pukul. Gorga Simarogung-ogung memiliki bentuk seperti gong tersebut. Gong dianggap sebagai simbol pesta yang merupakan ungkapan kegembiraan. Gorga ini juga melambangkan kejayaan dan kemakmuran, sehingga rumah orang yang dihiasi Gorga Simarogung-ogung ini merupakan orang kaya yang pengasih dan pemurah (parbahul-bahul na bolon).
6. Gorga Singa-singa
Singa-singa berarti berwibawa, berkharisma. Gorga singa-singa ini terdiri dari wajah manusia dengan lidah yang terjulur ke luar hampir mencapai dagu. Kepala dihiasi dengan kain tiga bolit dan sikap kaki yang berlutut persis di bawah kepala tersebut.
7. Gorga Jorngom atau Jenggar
Jorngom atau Jenggar mirip dengan hiasan-hiasan yang terdapat di candi. Jorngom atau Jenggar ini berbentuk raksasa yang biasa terdapat pada bagian tengah tomboman adop-adop dan halang gordang dan sanggup melawan segala jenis setan. Gorga Jorngom atau Jenggar ini merupakan simbol penjaga keamanan.
8. Gorga Boraspati (Cicak)
Gorga boraspati, sering juga disebut bujonggir merupakan gambar cicak yang ekornya bercabang dua. Cicak tersebut sering memberikan tanda-tanda tertentu melalui tingkah laku dan suaranya yang bisa membantu manusia terhindar dari bahaya ataupun memperoleh kekayaan. Oleh karena itu, gorga boraspati ini menjadi simbol pelindung manusia.
9. Gorga Adop-adop
Adop-adop berarti susu atau payudara yang melambangkan kesuburan dan kekayaan. Gorga adop-adop ini biasanya dirangkaikan dengan gorga boraspati di mana terdapat empat payudara di kiri dan di kanan dari gorga boraspati tersebut. Gorga adop-adop inipun dapat dirangkaikan dengan gorga gaja dompak. Rangkaian gorga tersebut menjadi lambang hamoraon, hagabeon, dan hasangapon yang merupakan idaman setiap orang.
10. Gorga Gaja Dompak
Gorga gaja dompak ini berbentuk seperti jenggar yang terletak di ujung dila paung. Gorga gaja dompak adalah simbol kebenaran bagi orang Batak, yaitu hukum yang bersumber dari Debata Mulajadi Nabolon.
11. Gorga Dalihan Natolu
Gorga Dalihan Natolu ini berbentuk jalinan sulur yang saling terikat. Hal ini melambangkan falsafah Dalihan Natolu yang merupakan falsafah hidup orang Batak dalam menjalin hubungan dengan sesama. Gorga Dalihan Natolu ini biasanya terdapat di dorpijolo (dinding depan).
12. Gorga Simeoleol
Simeoleol berarti melenggak-lenggok. Gorga Simeoleol ini berbentuk sulur yang terjalin dengan kesan melenggak-lenggok yang menghasilkan keindahan. Gorga ini melambangkan kegembiraan dan berfungsi untuk menambah keindahan. Variasi lain dari gorga ini disebut Gorga Simeoleol Marsialoan, yang bentuknya tidak jauh berbeda hanya karena motif yang berlawanan (marsialoan).
13. Gorga Sitagan
Tagan berarti kotak kecil untuk menyimpan sirih, rokok, atau benda-benda kecil lainnya. Gorga Sitagan ini berbentuk simetris seperti tutup kotak dan kotak yang ditutup pada tagan tersebut. Gorga Sitagan ini bermakna nasihat agar menghilangkan rasa sombong terutama ketika menerima tamu.
14. Gorga Sijonggi
Jonggi diartikan sebagai lambang kejantanan, keperkasaan. Gorga Sijonggi ini melambangkan keperkasaan yang harus dihormati.
15. Gorga Silintong
Silintong berarti pusaran air yang dianggap memiliki kesaktian. Gorga Silintong ini melambangkan kesaktian yang bisa melindungi manusia dari segala bala. Gorga Silintong ini biasanya terdapat di rumah orang-orang yang dianggap berilmu tinggi (datu, raja, guru, dan sebagainya).
16. Gorga Iran-iran
Iran adalah sejenis bahan perias muka manusia agar kelihatan lebih cantik. Gorga Iran-iran ini dianggap sebagai simbol kecantikan.
17. Gorga Hariara Sundung di Langit
Gorga Hariara Sundung di Langit ini berbentuk seperti pohon hayat di Sumatera Selatan ataupun gunungan pada suku Jawa. Gorga Hariara Sundung di Langit ini merupakan ilustrasi penciptaan manusia sehingga manusia harus senantiasa mengingat Penciptanya.
18. Gorga Hoda-Hoda
Gorga Hoda-Hoda ini berbentuk orang yang sedang mengendarai kuda (hoda). Gambar tersebut menggambarkan suasana pesta adat yang besar, yaitu mangaliat horbo (pesta besar). Gorga Hoda-Hoda ini merupakan lambang kebesaran.
19. Gorga Ulu Paung
Gorga Ulu Paung merupakan hiasan raksasa yang berbentuk setengah manusia dan setengah hewan, sering dijumpai dalam bentuk kepala manusia bertanduk kerbau. Gorga Ulu Paung ini merupakan lambang keperkasaan untuk melindungi seisi rumah dari setan-setan. Di beberapa daerah, Ulu Paung tersebut masih dibuat dari kepala kerbau yang asli.
*)dari berbagai sumber
Gorga dengan segala bentuk, makna, ataupun manfaat yang memberikan kemegahan tersebut harus tetap dilestarikan dari generasi ke generasi karena merupakan warisan seni yang tidak ternilai harganya. Sebagai wujud pelestarian budaya tersebut, perlu dilakukan inventarisasi terhadap dokumen-dokumen yang menunjukkan kekayaan budaya tersebut, wawancara dengan tokoh budaya, pembentukan sanggar-sanggar budaya, pembangunan museum budaya atau usaha-usaha lain yang dapat mendukung pelestarian budaya tersebut. Hal tersebut diharapkan dapat menjadi cara untuk menjaga nilai-nilai budaya yang asli tersebut.
Kegiatan pelestarian budaya tersebut, khususnya gorga memiliki dampak positif untuk menarik minat wisatawan dalam mengunjungi daerah di sekitar Danau Toba. Misalnya, belajar membuat gorga di sanggar-sanggar budaya, pameran dokumentasi berbagai motif gorga, dan banyak kegiatan lain yang diharapkan dapat meningkatkan kunjungan wisatawan. Hal ini juga harus mendapat dukungan dari berbagai media, baik elektronik maupun cetak, maupun situs-situs jejaring sosial sehingga dapat terpublikasi dengan luas.
Dalam era industri saat ini didukung oleh perkembangan teknologi yang sangat pesat, juga dapat membantu pelestarian budaya tersebut. Teknologi dijital di era ini dapat mempermudah dalam pencetakan aksesoris yang bermotif gorga. Pembuatan pakaian dengan motif gorga sehingga dapat dijual di daerah sekitar Danau Toba dapat menambah daya tarik wisata sebagai salah satu bentuk kenang-kenangan yang diminati banyak orang. Pembuatan hasil kerajinan tangan (handycraft) yang tentunya bermotif gorga dengan bantuan mesin-mesin industri bisa menambah kuantitas bahkan mungkin kualitas karya tersebut. Inipun bisa menjadi kenang-kenangan dan lagi-lagi saya anggap dapat menjadi daya tarik wisata. Hal ini dapat menjadi perhatian para perantau, pelajar/mahasiswa, tokoh budaya, dan terutama masyarakat sekitar Danau Toba. Molo dang hita, ise be??? HORAS!
Langganan:
Postingan (Atom)